Lomba Makan Kerupuk, Sudah Ada Sejak 1950?
16 Agustus 2022
Tidak lengkap rasanya jika perayaan ulang tahun
Kemerdekaan Indonesia diadakan tanpa lomba makan kerupuk. Perlombaan satu ini
pasti selalu diadakan bersamaan dengan lomba khas lainnya seperti tarik
tambang, balap karung, ataupun panjat pinang.
Namun, dibanding tiga lomba sebelumnya, lomba
makan kerupuk lebih akrab di kalangan semua umur, terutama anak-anak. Mereka
pasti sangat bersemangat untuk berpartisipasi jika ada lomba kerupuk saat
perayaan 17 Agustus. Namun, apakah kalian tahu sejarah lomba makan kerupuk dan
kenapa lomba tersebut diadakan? Simak penjelasannya di bawah ini!
Mengenal Lomba
Makan Kerupuk
Seperti yang kita tahu, lomba makan kerupuk
adalah lomba yang sangat menarik di mana peserta akan berlomba-lomba untuk
menghabiskan sebuah kerupuk. Uniknya, kerupuk digantung dengan tali rafia di
tempat lebih tinggi dan peserta harus memakannya tanpa bantuan tangan.
Kita yang melihat peserta kesulitan untuk makan
kerupuk pasti tertawa dan terhibur, namun di balik serunya lomba ini, terselip
kisah mengharukan dan menyedihkan. Saat zaman perjuangan untuk kemerdekaan
Indonesia, situasi rakyat saat itu berada dalam kemiskinan dan serba
kekurangan. Kerupuk pun menjadi makanan utama masyarakat untuk melengkapi nasi.
Harganya yang terjangkau membuat masyarakat dari
kalangan manapun bisa mendapatkan kerupuk, baik sebagai makanan utama mereka
atau pelengkap nasi. Lomba makan kerupuk pun diadakan sebagai pengingat bahwa
kerupuk inilah yang menemani masyarakat Indonesia dalam perang dan usaha mereka
memerdekakan Indonesia.
Lomba Makan
Kerupuk Sudah Ada Sejak 1950
Lomba makan kerupuk dan berbagai jenis perlombaan
dalam memperingati ulang tahun Indonesia sendiri mulai diadakan pada tahun 1950
sesuai perintah presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, yang menginginkan
kegiatan hiburan masyarakat.
Perlombaan ini sendiri baru bisa diadakan pada
tahun 1950 karena Indonesia masih harus berada di situasi perang selama lima
tahun setelah 1945 karena adanya pihak-pihak yang menolak kemerdekaan Indonesia
dan kembali melakukan serangan militer.
Kerupuk, Identik
dengan Masyarakat Kecil
Saat itu, kerupuk sangat akrab di masyarakat
kecil Indonesia yang hidupnya jauh dari berkecukupan. Masyarakat hanya bisa
makan kerupuk sebagai teman nasi karena kerupuk harganya sangat terjangkau.
Sebagai akibat dari kekejaman penjajah dengan adanya kerja paksa dan tanam
paksa, masyarakat saat itu mengalami keterbatasan bahan makanan dan mereka pun
harus memutar akal agar tetap bisa makan dengan bahan seadanya.
Akhirnya, mereka pun memanfaatkan tepung singkok
yang dibentuk lalu dijemur hingga kering, sebelum digoreng dan akhirnya jadilah
kerupuk untuk mereka konsumsi. Maka dari itu, lomba makan kerupuk sendiri
diadakan sebagai rasa syukur atas kemenangan Indonesia dari segala peperangan
untuk mempertahankan Indonesia, sekaligus sebagai pengingat bahwa Indonesia
pernah mengalami masa yang sulit, di mana mereka hanya bisa makan kerupuk.
Kerupuk Sudah Ada
sejak Sebelum Abad ke-10
Kerupuk sendiri merupakan salah satu makanan
tertua yang ada di Indonesia karena orang-orang sudah mengetahui dan makan
kerupuk sejak abad ke-10. Hal ini berdasarkan temuan dari sebuah naskah Jawa
Kuno yang menyebutkan bahwa kerupuk menjadi makan pendamping mereka
sehari-hari. Di Indonesia sendiri, kerupuk tertua yang pernah ada dan masih
dikonsumsi adalah kerupuk “aci” yang terbuat dari olahan singkong.
Masyarakat Belanda yang tinggal di Indonesia saat
itu juga hobi mengonsumsi kerupuk. Namun, terdapat perbedaan antara kerupuk
masyarakat Belanda dan pribumi saat itu. Mereka mengonsumsi kerupuk yang
terbuat dari kulit sapi atau disebut juga dengan “rambak”.
Kini kamu sudah tahu, kan, kenapa lomba makan kerupuk identik dengan 17 Agustusan? Nah,
dalam lomba makan kerupuk sendiri, panitia penyelenggara harus mempersiapkan
tempat menggantung yang stabil karena gerakan peserta yang tak menentu dalam
menjangkau kerupuk. Itulah kenapa kamu memerlukan tali rafia yang kuat dan
tidak gampang putus karena peserta akan menggigit kerupuk tersebut sekuat
tenaga, sehingga tali sering kali tidak mampu menahan tekanan dari peserta.
Untuk mendapatkan tali rafia yang kuat, bagus,
dan terjangkau saat lomba 17 Agustus, gunakanlah tali rafia dari Laksana Mas
Agung. Tersedia berbagai jenis warna, termasuk warna silver yang hanya
diproduksi oleh Laksana Mas Agung. Segera pesan tali rafia Laksana Mas Agung di
Tokopedia atau pesan langsung
melalui WhatsAapp.